Sabtu, 03 November 2012

#MTGF; Proses Pengenalan Budaya Dari Dunia Maya untuk Dunia Nyata



Berawal dari hastag #MTGF2012 yang diangkat oleh akun twitter @Jalan2Seru_Mks pada 3 minggu yang lalu. MTGF2012 adalah Makassar Tradisional Games Festival 2012, festival yang coba diadakan oleh akun tersebut dengan tujuan melestarikan permainan tradisional yang nyaris punah. Sekarang saya melihat sepulang sekolah, anak-anak lebih memilih duduk didepan komputer dengan memainkan game online. Sangat kontradiksi dengan kondisi saya dulu, yang langsung menuju tanah lapang dekat rumah untuk memainkan permainan tradisional dengan teman-teman sekitar.


Menurut saya, banyak aspek yang mempengaruhi hilangnya permainan tradisional dari tangan anak-anak saat ini. Beberapa diantaranya yaitu:
  • Kurangnya sarana lapangan/taman untuk media bermain anak dimakassar.
  • Kuatnya pengaruh modernisasi, terlebih pada hal game online
  • Kurangnya pengaruh pemerintah dalam pelestarian budaya permainan tradisional

Melihat beberapa hal diatas, menurut saya wajar jika teman-teman @Jalan2Seru_Mks mengambil inisiatif dengan kegiatan #MTGF2012-nya. Setidaknya selangkah lebih maju dari pada pemerintah yang kurang memikirkan budaya ini.

Dengan bantuan social media dan para penggiatnya, #MTGF2012 berusaha diselenggarakan. Ngetweet, meretweet dan tetap memainkan hastag #MTGF2012 menjadi strategi untuk menarik minat perindu permainan tradisional di twitter. Di Facebook ternyata telah disiapkan strategi juga dengan pembuatan halaman event Makassar Tradisional Games Festival2012 (MTGF2012). Memanfaatkan dunia maya menjadi strategi untuk bisa menyentuh mereka-mereka yang telah beralih ke arah modern dengan melupakan budaya mereka.



Sosialisasi perrmainan tradisional
         di Benteng Somba Opu
Minggu, 28 Oktober 2012. Kegiatan yang direncanakan tersebut mampu terlaksana dengan sangat baik. Penggiat social media dan orang-orang yang merindukan permainan tradisional telah berkumpul dilokasi yang telah ditentukan, di Benteng Somba Opu, Makassar. Melihat jumlah yang hadir membuat saya sedikit kaget, jumlah tersebut tidak bisa saya katakan sedikit karena lokasi saat itu sangat ramai oleh berbagai usia. Gambarannya itu seperti lagi nonton penjual obat keliling, ada yang memegang megaphone dan yang lainnya duduk menonton dengan mengelilinginya. Bedanya ada yang bawa batu, tali dari karet dan perlengkapan permainan lainnya. Kakak dari @Jalan2Seru_Mks ternyata sedang melakukan sosialisasi ulang tentang permainan yang disajikan. 14 permainan yang disajikan pada #MTGF2012 Maccukke' , Enggo’ (petak umpet), Mallongga’(Engrang), Mallogo, Massanto', Mang’asing, Mabbenteng, ThunderDende’, Gebo’Lambasena (main karet), Tar-tarMaggoli’ (main kelereng) dan  Beklan.


Permainan Massanto'
Waktu pada saat itu seakan berhenti dan bisa dikatakan berputar kembali seperti semasa sekolah dasar dulu. Waktu dimana kami bisa menikmati permainan tradisional, baik sedang istirahat sekolah, hingga kami dicari oleh orang tua untuk mandi sore. Waktu saat ini pun sudah sore, seperti dulu baju telah basah bermandikan keringat dan sekarang kami telah terpuaskan dengan nostalgia permainan ini. Kepuasan permainan tradisional menurut saya berada saat kita berjuang mengalahkan teman main kita dengan bermandikan keringat, dan itulah yang saya rasakan kemarin saat bermain Mang’asing. Menjadi bagian dari Kelompok 1 dipermainan Mang’asing membuat saya merasakan kembali kepuasan yang sudah lama hilang.


Permainan Mallongga'
             (Engrang)
Rasanya bohong kalau ada yang tidak merindukan memainkan permainan tradisional mereka ini. Bohong pula kalau ada yang tidak merindukan masa-masa pulang sekolah yang di isi dengan main Kelereng atau main Asing. Bohong juga kalau ada yang tidak pernah bangga sudah mengalahkan temannya main lompat tali. Kebohongan-kebohongan tersebut lah yang telah berhasil dikembalikan oleh event budaya ini.Sekarang saya menganggap bahwa saya anak yang beruntung karena masih dapat menikmati permainan tradisional yang berkembang dilingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan anak zaman sekarang yang sudah merasakan dampak besar dari perkembangan teknologi dan mulai melupakan budaya permainan mereka. Maka sekali lagi beruntung lah saya karena masih bisa menemukan akun twitter yang berinisisatif mengenalkan permainan tradisional kembali kepada anak-anak.

Saya sekarang sadar bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dihindari karena itu dampak globalisasi dan modernitas, namun semua itu perlu pengecualian yaitu tidak boleh melupakan budaya sendiri. Menurut saya, budaya itu identitas diri kita. Kalau kita melupakan budaya, berarti kita juga melupakan identitas kita tersebut. Seperti manusia yang lupa nama. Untungnya perkembangan teknologi tersebut masih bisa menjadi proses sosialisasi untuk #MTGF2012 dengan memanfaatkan media sosial, ujung tombak  perkembangan teknologi yang menjangkiti kaum muda saat ini. Dari social media lah konsep awal kegiatan ini hadir, dan dari social media lah budaya permainan tradisional diperkenalkan kembali ke dunia nyata.

Selamat menikmati perkembangan teknologi yang ada tanpa melupakan budaya. Mari kembali memainkan permainan tradisional yang dulu sempat terlupa.

Kamis, 25 Oktober 2012

Jika saya menjadi ketua KPK.


Korupsi menurut saya adalah sebuah prilaku penyelewengan uang negara yang dilakukan dengan penuh kesadaran seorang manusia. Korupsi merupakan kejahatan yang lebih jahat dari para teroris atau sipelaku mutilasi Ryan dari Jombang. Mereka semua membunuh dengan terang-terangan. Tidak seperti koruptor yang membunuh perlahan dengan beban kemiskinan yang diberikan kepada korban yang meluas.
Melihat dari sisi inilah, jika saya menjadi ketua KPK saya akan melakukan 3 hukum sosial pula kepada mereka. Hukum yang dapat membuat mereka merasakan dampak dari perbuatan mereka, dan setidaknya ini lebih mulia dari pada proses hukuman mati.
3 Hukum Sosial Koruptor:
  • Museum Koruptor

Museum koruptor berperan seperti penjara yang memamerkan koruptor di Indonesia yang berada dalam sel jeruji, namun tidak untuk melestarikan koruptornya. Museum ini menerima kunjungan dari para pelajar, mahasiswa dan masyarakat lainnya. Didalam Museum ada seorang yang bertugas seperti sipir penjara yang mengajak berkeliling pengunjung untuk menjelaskan kasus-kasus dari koruptor tersebut. Setelah masa hukuman disini selesai wajah mereka masih terpampang dalam museum ini. Hitung-hitung wisata pengetahuan untuk masyarakatlah.
  • Memberikan identitas Koruptor.

Identitas ini berfungsi sebagai tanda pengenal bahwa mereka pernah menyelewengkan uang negara. Identitas koruptor dilekatkan pada segala identitas di negara ini yang berlaku seumur hidup. misalnya, KTP, SIM, Pasport. Dalam pengurusan kartu kredit foto copy KTP sering digunakan untuk proses administrasi dan ketika menunjukkan si koruptor ini menunjukkan KTP nya dia akan dikenali bahwa pernah melakukan korupsi, begitu pula dengan identitas yang lain. Pemberian identitas ini dilakukan setelah hukuman di museum koruptor ini selesai. 
  • Menjadi pekerja sosial.

Menjadi pekerja sosial disini dilakukan sebagai pertanggung jawaban dari hasil pajak yang diambil dikas negara oleh koruptor. Pajak dibebankan pada rakyat, koruptor mengambil hasil pajak rakyat akibatnya mereka harus menjadi pelayan masyarakat. Misalnya, membantu PT Jasa Marga mengecat garis dijalanan. Menjadi pekerja sosial ini dilakukan setelah hukuman di museum koruptor ini selesai.
Koruptor merupakan cetakan dari orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yang moralnya telah rusak termakan sistem. Untuk membentengi moral dari penerus bangsa ini saya sebagai ketua KPK yang mempunyai strategi.

Strategi Moral Korup Force
·         Pengenalan anti Korupsi pada wajib belajar 9 tahun.
Pengenalan ini berfungsi untuk mengenalkan dan membiasakan kepada siswa bahwa korupsi itu merupakan hal yang tidak baik. Penanaman moral dan etika yang dikemas dalam kurikulum pelajaran diharapkan menghasilkan budaya baru, budaya dengan pembentengan moral secara dini. Pengenalan anti korupsi ini juga masih terkait dengan museum koruptor karena mereka juga dapat mengunjungi para koruptor untuk mengetahui bahwa di Indonesia memiliki makhluk seperti itu namun jangan untuk dibanggakan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal yang dibiasakan sejak awal akan lebih bisa di terima nantinya. Mereka yang memiliki gelar koruptor itu merupakan jebolan dari perguruan tinggi dan memiliki gelar yang tidak murah. Merekalah orang-orang yang terlambat memilikil moral dan nurani, juga tidak memiliki budaya malu. Semoga hal-hal ini dapat mengenalkan rasa malu untuk perbuatan yang menurut nurani mereka salah, kecuali mereka memang tidak memiliki nurani sama sekali.
Terima kasih.

Minggu, 21 Oktober 2012

Yes Man


Film : Yes Man
Sutradara: Peyton Reed
Produksi : Warner Bros.
Tahun : 2008
Jenis: Komedi, Romantis
Penulis: Nicholas Stoller dan Jarrad Paul & Andrew Mogel,
Berdasarkan buku oleh Danny Wallace
Pemain: Jim Carrey, Zooey Deschanel, Bradley Cooper, Terrence Stamp

Siapa yang tidak mengenal Jim Carrey? Menurut saya dia lah maestro film komedi khas amerika dengan segala lekuk tubuh dan mimik mukanya. Kali ini dia bermain di Film Yes Man. Film yang sangat menghibur dan menyinggung orang-orang yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang monoton.

Jim Carrey di film ini berperan sebagai Carl Allen, seorang pegawai bank yang diletakkan dibagian pemberi pinjaman nasabah di Amerika. Sehari-harinya dia menjalankan pekerjaannya tanpa henti seperti robot dan selalu mengatakan “tidak” kepada siapapun sehingga dia terasingkan oleh teman-temannya.  Kejenuhan mulai menggrogoti kepalanya dan sekujur tubuhnya.  

Hingga suatu hari dia mengikuti sebuah seminar motivasi yang disarankan oleh temannya. Seminar motivasi “Yes Man, yes is the new no” yang didalangi oleh Terrence Bundley (Terrence Stamp) berkonsep tentang berkata “ya” dalam setiap kesempatan.  Jawaban “tidak” merupakan contoh bahwa kau menolak kehidupan oleh karena itu kau tak hidup, seperti itulah bentuk motivasi yang diberikan oleh Terrence si motivator. Sejak saat itulah  hidup Carl berubah, melenceng dari rutinitas, dan bertemu wanita baru, Allison (Zooey Deschanel).

Beberapa sentuhan manis dari film ini adalah hubungan Carl dan Allison itu sendiri. Ada sesuatu yang spesial antara Carrey dan Deschanel. Disamping, Deschanel tampil baik di sini dan tokoh Allison adalah tokoh yang menarik sebagai love interest bagi Carl, karena Allison adalah karakter yang easy going, seperti tidak kenal rasa takut, tomboy, mudah bergaul, bersikap masa bodoh, kepribadian yang bertolak belakang dengan Carl. Tapi justru karena perbedaan itulah mereka tampak serasi. Begitu cocok di layar sampai kita pun bisa merestui hubungan mereka sampai rela melupakan hal konyol dan berlebihan yang diumbar film ini. Liburan spontan ke Nebraska adalah bagian paling indah, berwarna dan menarik di sepanjang film

Beberapa pesan yang bisa diambil dari film ini tentunya tidak jauh dari kebiasaannya mengatakan “ya” pada setiap kesempatan. Mengatakan “ya” disini juga ternyata dapat memberikan warna baru dalam kehidupan dari Carl. Mulai dari pertemuan dengan Allison, belajar menjadi pilot, belajar bahasa jepang, belajar main gitar dan lain sebagainya. Semua yang dia lakukan ternyata memberikan dampak positif pada awalnya. Ditengah cerita hal-hal yang dia lakukan berkaitan dengan kehidupannya dan membantu orang-orang sekitarnya.

Kelemahan dari Carl itu sendiri, dia tidak dapat memilih kondisi saat untuk dia mengatakan “ya” dan “tidak”. Sehingga terkadang ada hal-hal yang dia tidak sukai namu tetap dia lakukan. Kata “ya” sendiri itu sebena_nya berfungsi untuk mengawali langkahmu selanjutnya katakan “ya” karena kau tahu dalam hatimu kau ingin mengatakan “ya”.

Mengatakan “ya” seakan memberikan peluang dunia mengenali kita dan kita mengenali dunia. Banyak manfaat yang bisa didapat dari mengenali dunia tentunya sebuah pelajaran untuk menghadapi lingkungan di sisi lainnya. Siapa yang tau kalo menolong seorang tuna wisma malah mempertemukan Carl dengan si Allison? Tidak ada yang tau. Maka, mari mengenal dunia dan mempelajari segala hal namun, tetap mengikuti kata hati untuk melanjutkannya.


Trailer Yes Man

Kamis, 06 September 2012

Rokok Bukan Hidangan pada Acara



Saya sempat melakukan perjalanan di sebuah  kampung  yang juga masih berada dalam provinsi Sulawesi Selatan. Selama semalam saya singgah dikampung tersebut. Kebetulan pada malam itu dikampung tersebut seorang warganya sedang mengadakan acara nikahan, mereka menyebutnya malam mapacci’. Acara yang dilaksanakan 1 malam sebelum acara resepsi untuk masyarakat setempat.

Seusai acara mapacci’ dilanjutkan oleh permainan kartu domino, acara hiburan untuk kaum lelaki tepatnya. Puluhan orang lelaki menempati kursi yang telah disediakan oleh keluarga yang mengadakan acara ini. Tidak lama permainan kartu dimulai hidangan pun dikeluarkan untuk melengkapi acara malam itu. Mulai dari berbagai jenis kue hingga teh menjadi hidangannya, namun tidak lama kemudian masing-masing pemain kartu tersebut diberikan sebungkus rokok dan korek. Ternyata sebungkus rokok dan korek tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah hidangan pula pada acara tersebut. Tidak lama kemudian tenda yang dibawahnya dipenuhi pemain kartu, dipenuhi pula oleh asap rokok yang semakin mengepul.

Bisakah saya mengatakan bahwa acara ini adalah acara sakit paru-paru secara berjamaah? Alasan saya mengatakan hal tersebut karena acara ini sedang difasilitasi untuk menuju ke penyakit tersebut. Jumlah yang hadir pada malam itu pun tentunya sangatlah banyak. Tidak hanya lelaki yang hadir pada malam itu, perempuan pun hadir namun disibukkan pada urusan hidangan makanan dan minuman. Dari sini pun sudah sangat terlihat pembagian perokok aktif dan perokok pasifnya, perokok aktif adalah kelompok lelakinya dan perokok pasifnya adalah yang perempuan.

Sempat saya bertanya dengan kepala desa setempat tentang dihidangkannya rokok pada acara seperti ini, namun ternyata tidak setiap acara rokok dihidangkan, semua tergantung pemilik hajatan tersebut. Dihidangkannya rokok disana mungkin untuk memperlihatkan status ekonomi bagi keluarga tersebut kepada masyarakat atau untuk menjadi daya tarik tentang acara tersebut. Sengaja saya tidak memasukkan gambar seorang perokok disana agar tidak menginspirasi masyarakat yang untuk merokok.

Pada Paginya saya sempat menyinggahi puskesmas Kecamatan setempat. Disana saya menemukan sebuah poster bertuliskan “Jangan ki’ sajikan rokok diacara ta’, Daeng”. Arti tulisan tersebut “jangan sajikan rokok diacara anda, pak”. Penyajian rokok pada acara dikampung-kampung seperti tersebut tentunya akan melahirkan kebudayaan nantinya. Sebuah kebiasaan yang terbawa terus menerus. Ketakutan saya melihat acara tersebut, anak-anak yang melihat bapak-bapaknya merokok pada malam itu akan mengikuti jejak bapaknya karna beranggapan bahwa itu benar. Semoga hanya sekedar ketakutan saya saja.

Jumat, 31 Agustus 2012

Semacam Surat Cinta



Hari ini saya sedang tak punya uang untuk membeli kado untuk kamu. Saya takut menambah jumlah hutang yang sudah terlalu banyak dengan meminjam lagi kepada teman. Saya hanya ingin memberi kamu janji. Sekali lagi.

Kamu boleh memilih salah satu dari beberapa janji berikut ini. sebelum salah seorang di antara kita tersangkut maut, saya akan melunasinya.


  1. Saya akan membawa kamu semalam ke paris atau roma atau kota mana pun di luar negeri yang kamu mau. saya akan membawamu ke sana tanpa perlu kita meninggalkan rumah apalagi memesan tiket pesawat. 

    Saya akan mendekorasi salah satu ruangan di rumah kita kelak menyerupai sebuah restoran di kota yang kamu pilih. seindah dan semirip mungkin. menata ruangan tentu tak terlalu rumit. Saya akan membeli bahan-bahan yang murah dari salah satu toko di sekitar rumah. Saya akan meminta anak-anak kita mengenakan seragam pelayan dan berbicara dengan bahasa dan aksen kota tersebut. mereka akan menghidangkan kepada kita makanan dan minuman khas mereka. S
    eusai makan, kita akan memasuki kamar yang juga sudah ditata serupa kamar hotel paling cantik di kota tersebut. kita akan menghabiskan malam di kamar tersebut. Berdua saja.
  2. saya akan mengajak kamu menginap semalam di salah satu panti jompo. di sana kita akan membacakan sajak-sajak cinta kepada para penghuninya. dengan begitu kita bisa membayangkan bagaimana kelak kalau kita sudah tua.
  3. saya akan membuat sepasang layang-layang. kemudian akan saya ajak kamu ke sebuah padang dan bermain layang-layang sepuasnya di sana. sebab saat itu, mungkin kita sepasang orang dewasa yang mulai ditinggalkan jiwa kanak-kanak. dengan bermain layang-layang sambil menikmati senja hari, kita kembali sepasang anak-anak.
  4. saya akan menghidupkan kamu dari tidur-mati di sebuah tengah malam, memasang baju hangat ke tubuhmu dan sepatu pendaki di sepasang kakimu. saya akan mengajak kamu mendaki sebuah gunung. perjalanan mendaki selama beberapa jam dalam kegelapan akan menyiksa kita berdua. saat tiba di puncak gunung saya akan memanggang roti dan mengeluarkan sari jeruk dari tas. kemudian kita sarapan sambil menyaksikan matahari dan kota di bawah kita perlahan bangun pagi.
  5. saya akan mengajak kamu ke sebuah mata air, di hulu sebuah sungai. di sana kita akan mandi sepuasnya sampai tulang-tulang kita paling dingin, hingga kita menangis. kemudian saya akan memeluk kamu hingga tulang-tulang kita paling panas, dan kita tertawa.



penuh cinta,

(calon) kekasihmu 

Kamis, 30 Agustus 2012

Seberapa Pentingkah Pembandingan?



Dalam sebuah ruangan terkadang kita menemukan sebuah benda yang memiliki jenis dan fungsi yang sama satu sama lain, buku misalnya. Masing-masing buku memiliki kesamaan untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahluk yang haus tentang pengetahuan namun, masing buku tersebut memiliki cara pembahasaan tentang pengetahuan yang berbeda. Ada buku yang lain menggunakan bahasa ilmiah seperti diruang-ruang perkuliahan. Sedangkan buku yang lain menggunakan bahasa sehari-hari dan mudah dimengerti oleh orang awam. 

Disinilah perlunya pembanding, ketika saya menemukan buku pertama yang menggunakan bahasa ilmiah dalam menjelaskan isi bukunya saat itu pula saya menganggap bahwa buku tersebut adalah buku yang bagus. Semua dikarenakan buku tersebut mampu menghilangkan rasa haus akan pengetahuan selama ini, itu saja. Saya melihat sisi lain ruangan tersebut dan saya menemukan buku kedua. Buku kedua menjadi buku yang lebih bagus dari buku pertama karena memiliki kelebihan dari segi tata bahasa yang menjelaskan dengan ringan namun tetap berbobot. 

Disinilah pembanding mampu membuat kita untuk mencari dan menjadi lebih baik. Ketika kita dewasa dalam memandang suatu pembandingan maka kita akan berkembang. Terkadang ada yang memaknai pembandingan seperti celaan dari objek pembanding tersebut, namun sebenarnya kita dapat memaknai bahwa itu bisa menjadi saran untuk diri kita agar lebih baik. Pembandingan merupakan kritik tidak langsung, kritik yang halus sehingga butuh kepekaan dalam memaknainya. Disinilah perlunya pembandingan dan sifat dewasa dalam menanggapi pembandingan tersebut.

Selasa, 19 Juni 2012

Freedom Writers


Film : Freedom Writers
Sutradara: Richard LaGravenese.
Produksi: Paramount Pictures.
Tahun: 2007.
Penulis Naskah: Richard LaGravenese.
Pemain: Hilary Swank, Scott Glenn, Imelda Staunton, Patrick Dempsey, dan masih banyak lagi.


Kali ini saya akan bercerita tentang Film Freedom Writers yang diangkat dari kisah nyata. Film yang dapat dinikmati sejak tahun 2007 berkisah tentang sebuah kelas yang berada di sebuah lingkungan sekolah di Long Beach, California, yang sangat rasisme. Kelompok ras sangat jelas terlihat disekolah ini misalnya, ras kulit putih, kulit hitam, ras Kamboja dan ras Latin. Kelompok ras yang terjadi didalam sekolah tersebut akibat dari perlakuan lingkungan diluar sekolah dan membentuknya juga didalam sekolah. Kelompok ras tersebut perlahan berubah menjadi genk yang saling memperebutkan wilayah satu sama lain untuk mendapatkan kebanggan dan kehormatan bagi rasnya tersebut. Seperti itulah gambaran lingkungan yang terjadi sebelum seorang guru Erin Gruwell (diperankan oleh Hillary Swank) mencoba merubah mindset setiap muridnya tentang ras.

Awalnya Erin adalah seorang guru yang belum mempunyai pengalaman mengajar. Dikelas Erin juga sering tak dihargai ketika mengajar. Hingga pada suatu ketika dia sadar bahwa telah terjadi kesalahan sudut pandang yang diterima oleh murid-muridnya dari lingkungannya. Erin menganggap bahwa kesalahan mereka pada kebencian mereka terhadap ras lain dan mengagungkan ras nya sendiri. Cara awal yang dilakukan oleh  Erin untuk menumbuhkan minat belajar dan memecahkan kesalahan berpikir muridnya adalah dengan mengenalkan mereka Holocaust. Holocaust merupakan pembantaian sekitar enam juta orang Yahudi yang dilakukan secara sistematis, birokratis dan disponsori oleh rezim Nazi. Holocaust sangat dekat dengan kondisi lingkungan tersebut karena sudut pandang masyarakat tentang tingkatan ras sedang sama-sama terjadi, itulah alasan dari  Erin  untuk mengenalkan Holocaust.

Pada dasarnya manusia akan tumbuh semangat belajar dan ingin tahunya jika hal tersebut sangat dekat dengan dirinya tersebut, Holocaust misalnya. Kondisi dimasa zaman Holocaust dianggap pula sama kondisinya dengan yang dirasakan oleh murid-murid tersebut. 

Cara selanjutnya adalah dengan memberikannya jurnal yang dibuat untuk menuliskan apa yang mereka inginkan, rasakan, dan alami. Setelah membaca beberapa jurnal mereka,  Erin menyimpulkan bahwa kekerasan geng antar ras telah mereka dapatkan sejak kecil dan terbawa hingga kini. Bagi  mereka kehormatan ras mereka adalah segalanya, inilah yang salah dan inila yang harus dirubah. Dari sini lah mereka diajak secara tidak langsung untuk menjadi penulis oleh  Erin . Kemampuan menulis mereka ditumbuhkan pula dengan diberikan buku bacaan yang tidak jauh dari kehidupan mereka, misalnya Durango Street dan  The Diary of a Young Girl. Durango Street adalah buku tentang anak-anak yang memasuki kehidupan genkster karena tuntutan lingkungan sedangkan The Diary of a Young Girl merupakan buku yang menceritakan tentang kisah perempuan korban rezim Nazi di zaman Holocaust.

Buku Durango Street     
Buku The Diary of Young Girl
Menjadi penulis tanpa pernah membaca buku tentu adalah kemustahilan, inilah yang saya dapatkan dari film ini. Kemampuan menulis di jurnal kian berkembang karena pola berpikirnya terbuka oleh bacaannya. Mereka melihat kondisi diluar sana dari buku tersebut. Kondisi dimana kelas ras unggul melakukan intimidasi psikologi kelas ras bawah dan ternyata masih ada perjuangan kesamaan hak untuk terbebas dari kelas-kelas ras. Referensi tulisan mereka juga berasal juga dari buku bacaan tersebut dan tidak hanya bersumber dari opini sempit mereka. Dari sinilah mereka mencoba merubah juga kelas-kelas ras yang ada dikelas mereka karena ternyata mempunyai hak atas pendidikan, keamanan, dan lainnya yang sama sebagai manusia. Dari tulisan ini lah mereka menjadi penulis kebebasan nntinya.
Didalam film ini juga menunjukkan bahwa pendidikan itu janganlah bersikap monoton atau kaku. Didalam kelas Erin sering menerapkan metode pengajaran yang aktif kepada muridnya. Beberapa interaksi yang dilakukan bisa melalui games, musik, film dan yang lain, tapi tetap tidak terlepas dari konsep pembelajaran. Hal itulah yang membuat murid-murid lebih mempunyai semangat belajar, tidak seperti kondisi realita yang ada, ruangan kelas tidak ada bedanya seperti mimbar bagi penceramahnya. Erin juga sering melakukan kunjungan ke museum dan melakukan diskusi kepada korban Holocaust meskipun tak ada program semacam ini di kurikulum sekolahnya.

Film bergenre drama ini merupakan rekomendasi terbaik kepada orang-orang yang senang mengabdikan dirinya kepada masyarakat sebagai pendidik. Orang yang mempunyai tujuan mulia dengan mengubah orang-orang yang dianggap tak tahu apa-apa menjadi orang yang lebih berguna tanpa memikirkan jarak pengetahuan yang dimiliki antara pendidik dan murid.
Trailer FreedomWriters