Terkadang saya heran dengan pendapat negatif orang-orang diluar sana yang tentang aksi demonstrasi. Mulai tentang "demonstrasi hanya bikin macet jalanan" sampai "demonstrasi tak ada gunanya". Sadarkah mereka yang mengeluh tersebut bahwa ini juga tentang mereka. Hak-hak atas mereka sebenarnya sedang diperjuangkan.
Saat ini isu kenaikan BBM sedang hangat dibahas. Rencananya pemerintah akan menaikkan tarif BBM bersubsidi menjadi Rp.6.000/ liter dari sebelumnya menjadi Rp.4.500/liter. Rencana pemerintah inilah yang kini sedang di tolak bagi mahasiswa pada umumnya yang mengakibatkan mereka harus melakukan aksi turun kejalan. Membentangkan spanduk dijalan, orasi, membaca puisi atau sekedar berdiri menjadi peserta aksi juga adalah bentuk pernyataan sikap atas penolakan kenaikan BBM pada tanggal 1 April besok.
Memacetkan jalan inilah menimbulkan keluhan yang seharusnya tak harus dikeluarkan bagi orang-orang yang sedang diperjuangkan haknya. Mereka terlalu mengedepankan akibat jangka pendek misalnya, "jika macet saya akan terlambat masuk kerja". Mengapa mereka tidak berpikir misalnya, "Aksi ini untuk mempertahankan harga BBM bersubsidi dan itu juga tentang saya". Mereka tidak berpikir tentang jangka panjang dan itulah mereka yang dikatakan kaum apatis. Seharusnya mereka lebih bersatu untuk menyuarakan penolakan ini. Bukan hanya menerima hasil dari penolakan.
Rakyat seharusnya menjadi sosok-sosok yang jauh lebih kritis dari mahasiswa karena mereka lah yang menyentuh kebijakan-kebijakan pemerintah. Rakyat pun seharusnya turut mengambil peran dalam sebuah perubahan kebijakan. Kebijakan yang hanya menguntungkan kelompok kecil diparlemen sana. Seharusnya mereka tidak hanya menjadi sosok yang apatis dan hanya pasrah pada perubahan waktu dan penentu waktu itu.
Semoga mereka sadar dan tidak hanya sekedar mengeluh dengan aksi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar