Senin, 13 Februari 2012

Resensi The Last Samurai


Judul Film: The Last Samurai
Pemain: Tom Cruse, Ken Watanabe, Timothy Spall, Billy Connolly, Tony Goldwyn
Sutradara: Edward Zwick
Penulis Naskah: John Logan, Marshal Herskovitz
Produksi: Warner Bros

The Last Samurai sebuah film yang bercerita tentang sebuah kebudayaan Jepang. Kebudayaan yang berusaha dihilangkan dengan alasan modernisasi dan terinspirasi oleh negara barat.

Semua berawal ketika Kapten Nathan Algren (Tom Cruse) disuruh untuk melatih pasukan jepang untuk melawan para samurai. Para samurai dianggap sebagai kaum pemberontak dikarenakan mereka membantah sang Kaisar dengan kebijakannya yang melarang penggunaan pedang dalam sehari-hari. Disini kaum samurai dipimpin oleh Katsumoto (Watanabe Ken) mencoba mempertahankan budayanya mereka.

Perang antara pasukan jepang yang masih amatiran dalam segi berperang yang dipimpin oleh Kapten Algren dan para kaum samurai yang dipimpin oleh Katsumoto tak dapat terelakkan. Berakhir dengan ditawannya Kapten Algren oleh kaum Samurai. Disini saya melihat dalam memperlakukan seorang musuhnya, Katsumoto memperlakukan selayaknya dia adalah keluarga. Itulah kebudayaan mereka, menghormati sebagai tamu meskipun itu adalah musuhnya.

Ketika di tawan, kapten Algren merasakan sebuah kedamaian di desa kaum Samurai ini. Kedisiplinan dan keteraturan sangat terasa ketika dia mengelilingi desa ini. Riuh pikuk perkotaan tidak terasa disini, itu yang membuat dia merasakan bahwa telah terjadi hubungan spiritual dengan alam.

Disini lah dia mempelajari bahwa yang terjadi sebenarnya adalah, Amerika (negara barat) mencoba untuk membuat strategi dagang (senjata mesin) dengan jepang yang juga membuat Kaisar jepang bingung tentang apa yang harus dia prioritaskan, modernisasi atau kebudayaannya. Akhirnya sejak saat itu Kapten Algren memilih untuk berada di pihak Katsumoto untuk mempertahankan kebudayaannya.

Kehidupan bersama para Samurai dia jalani hingga akhir musim dingin. Kapten Algren secara tidak langsung telah membentuk sebuah karakter baru, seorang samurai.Benar ternyata bahwa kepribadian kita itu dibentuk oleh lingkungan kita sendiri.

Perang pun tak dapat dihindari. Katsumoto berusaha mempertahankan prinsipnya tentang jati dirinya, dan para petinggi kerajaan juga telah dibutakan dengan perjanjian-perjanjian oleh negara asing tentang modernisasi.

Pasukan Samurai Katsumoto kalah telak. Diakhir perang Katsumoto terduduk untuk melakukan ritual menghunuskan pedang sebagai tanda dia telah kalah di perang ini sebagai bentuk menjaga kehormatannya dengan dibantu oleh Kapten Algren. Pasukan Jepang yang dihadapi oleh Katsumoto pun berlutut pula sebagai bentuk penghormatan terakhirnya kepada orang yang berusaha menjaga kebudayaan bangsanya sendiri.

Disini saya mendapatkan sebuah pesan bahwa:

Jangan melupakan kebudayaan sendiri hanya untuk menuju modernitas,Karna kebudayaan kita itu adalah identitas kita dimata dunia.

Ada satu bagian ketika Kapten Algren sedang bertanding kendo (pedang tiruan dari kayu) dengan seorang anak buah Katsumoto. Dia berkali-kali kalah, kemudian seorang keluarga Katsumoto berbisik bahwa dia terlalu banyak berpikir, fokuslash. Ternyata benar, Algren terlalu banyak hal yang dia pikirkan cara memenangkan pertandingan, perang dengan jepang menjadi beberapa yang dia pikirkan. Ketenangan lah yang dia butuhkan untuk menyeleseikan sebuah masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar