Saya sempat melakukan perjalanan di sebuah kampung
yang juga masih berada dalam provinsi Sulawesi Selatan. Selama semalam
saya singgah dikampung tersebut. Kebetulan pada malam itu dikampung tersebut
seorang warganya sedang mengadakan acara nikahan, mereka menyebutnya malam mapacci’. Acara yang dilaksanakan 1
malam sebelum acara resepsi untuk masyarakat setempat.
Seusai acara mapacci’
dilanjutkan oleh permainan kartu domino, acara hiburan untuk kaum lelaki
tepatnya. Puluhan orang lelaki menempati kursi yang telah disediakan oleh
keluarga yang mengadakan acara ini. Tidak lama permainan kartu dimulai hidangan
pun dikeluarkan untuk melengkapi acara malam itu. Mulai dari berbagai jenis kue
hingga teh menjadi hidangannya, namun tidak lama kemudian masing-masing pemain
kartu tersebut diberikan sebungkus rokok dan korek. Ternyata sebungkus rokok
dan korek tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah hidangan pula pada acara
tersebut. Tidak lama kemudian tenda yang dibawahnya dipenuhi pemain kartu,
dipenuhi pula oleh asap rokok yang semakin mengepul.
Bisakah saya mengatakan bahwa acara ini adalah acara
sakit paru-paru secara berjamaah? Alasan saya mengatakan hal tersebut karena
acara ini sedang difasilitasi untuk menuju ke penyakit tersebut. Jumlah yang
hadir pada malam itu pun tentunya sangatlah banyak. Tidak hanya lelaki yang
hadir pada malam itu, perempuan pun hadir namun disibukkan pada urusan hidangan
makanan dan minuman. Dari sini pun sudah sangat terlihat pembagian perokok
aktif dan perokok pasifnya, perokok aktif adalah kelompok lelakinya dan perokok
pasifnya adalah yang perempuan.
Sempat saya bertanya dengan kepala desa setempat
tentang dihidangkannya rokok pada acara seperti ini, namun ternyata tidak
setiap acara rokok dihidangkan, semua tergantung pemilik hajatan tersebut.
Dihidangkannya rokok disana mungkin untuk memperlihatkan status ekonomi bagi
keluarga tersebut kepada masyarakat atau untuk menjadi daya tarik tentang acara
tersebut. Sengaja saya tidak memasukkan gambar seorang perokok disana agar
tidak menginspirasi masyarakat yang untuk merokok.
Pada Paginya saya sempat menyinggahi puskesmas
Kecamatan setempat. Disana saya menemukan sebuah poster bertuliskan “Jangan ki’
sajikan rokok diacara ta’, Daeng”. Arti tulisan tersebut “jangan sajikan rokok
diacara anda, pak”. Penyajian rokok pada acara dikampung-kampung seperti
tersebut tentunya akan melahirkan kebudayaan nantinya. Sebuah kebiasaan yang
terbawa terus menerus. Ketakutan saya melihat acara tersebut, anak-anak yang
melihat bapak-bapaknya merokok pada malam itu akan mengikuti jejak bapaknya
karna beranggapan bahwa itu benar. Semoga hanya sekedar ketakutan saya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar